Kamis, 23 April 2015

Cara Mengatur Keuangan Bulanan Mahasiswa

Keuangan adalah suatu yang dibutuhkan oleh semua orang, namun tak semua orang bisa memanfaatkan uang dengan bijak, bahkan banyak yang terbuang begitu saja. Memiliki uang akan memberi seseorang sebuah kesempatan untuk mengambil keputusan, baik mereka sudah tua ataupun masih muda. Sebagai anak yang masih dibiayai oleh orang tua haruslah kita menghargai bagaimana jerih payah orang tua dalam mendapatkan uang untuk memenuhi segala kebutuhan kamu, termasuk salah satunya yang berkaitan dengan pendidikan kamu. 
Biasanya ketika beranjak kuliah, banyak di antara kalian yang mendapatkan uang saku secara berkala misalnya mingguan atau bulanan. Ketika mengalami situasi seperti ini, kamu dituntut untuk terampil dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran yang dibutuhkan. Jangan sampai pengeluaran yang terlalu banyak. Tidak jarang kamu mungkin mengalami kehabisan uang saku padahal “jatuh temponya” masih jauh. Tentunya hal ini akan berdampak pada kegiatan kamu ke depannya dimana kamu tidak dapat memenuhi kebutuhan kamu lainnya seperti makan.
Jika berada pada kondisi seperti ini, demi bertahan hidup, bisa saja kamu menghubungi orang tua untuk mendapatkan uang saku tambahan. Hal ini akan merepotkan kembali orang tua kamu nantinya.
Berikut Beberapa Cara Untuk mengatur Keuangan Mahasiswa dengan Baik :
1.      Mengelompokkan Pengeluaran
Pengeluaran mahasiswa bisa berbentuk pengeluaran rutin, misalnya untuk membayar sewa kamar (kos), biaya makan sehari-hari, pulsa, atau membeli buku yang menunjang pendidikan. Selain itu ada pula pengeluaran tidak rutin seperti biaya fotokopi, sewa Internet, jalan-jalan bersama teman, atau membeli majalah. Pengeluaran ini mungkin bervariasi untuk masing-masing orang.
Catatlah pengeluaran-pengeluaran tersebut, dan masukkan masing-masing biaya pengeluaran dalam sebuah amplop. Akan lebih baik jika kamu menyimpan struk atau bukti pembayaran yang kamu lakukan, gunanya adalah untuk memeriksa kembali pengeluaran-pengeluaran kamu pada akhir setiap bulannya.

2.      Batasi Pengeluaran
Untuk pengeluaran rutin, jumlahnya akan cenderung tetap setiap bulannya. Namun untuk pengeluaran tidak rutin, kamu harus disiplin untuk membatasi diri. Buatlah skala prioritas dari kebutuhan-kebutuhan itu. Misalnya, apabila biaya fotokopi atau Internet untuk menunjang kegiatan belajar melebihi anggaran, kamu harus mengurangi kebutuhan yang tidak terlalu penting, seperti  minum kopi di café bersama teman-teman.
Intinya, jangan sampai kamu nombok (atau bahkan ngutang) hanya untuk memenuhi keinginan kamu. Hal itu bukan berarti kamu jadi pelit terhadap diri sendiri. Memberikan reward untuk diri sendiri boleh saja, asalkan kita bisa memastikan pengeluaran-pengeluaran yang penting untuk kegiatan kita sebagai mahasiswa sudah terpenuhi.

3.      Menabung
Sisihkan sebagian uang saku yang kamu terima untuk ditabung, pada saat kamu menerima uang itu. Jumlahnya tidak perlu terlalu besar, yang penting rutin dilakukan. Tabungan pun bisa berbentuk tabungan darurat dan tabungan untuk tujuan tertentu. Tabungan darurat adalah tabungan yang hanya digunakan untuk keadaan darurat, sedangkan tabungan untuk tujuan tertentu bisa digunakan untuk memenuhi keinginan kamu.
 Jadi, jika kamu ingin membeli pakaian yang agak mahal, membeli gadget terbaru, atau sebagai modal usaha kecil-kecilan, sebaiknya kamu lakukan dengan menyisihkan uang saku sedikit demi sedikit. Kalau menabung di bank dianggap terlalu ribet karena nominal yang ditabung tiap bulannya tidak besar, mengapa tidak menabung di celengan yang tidak mudah dibuka? Tabungan ini akan sangat bermanfaat apabila kamu sangat membutuhkan dana cepat, apalagi dalam keadaan darurat.
Refrensi :

Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian

       Saya ingin menceritakan pengalaman yang pernah saya alami selama kuliah di Universitas Gunadarma. Saya adalah mahasiswi semester 6, saya mempunyai prinsip bahwa selama kuliah jangan hanya menjadi mahasiswi yang hanya melakukan kegiatan di dalam kelas tetapi harus mempunyai kegiatan diluar kelas yang bermanfaat juga untuk kedepannya.
          Saya senang berorganisasi sejak di bangku SMP, dan sejak SMA berharap bisa bergabung sebagai anggota BEM pada saat kuliah. Saat saya semester 2, BEM FE UG membuka pendaftaran untuk calon anggota baru. Saya pun mendaftar sebagai anggota, berbagai macam tes tertulis, dan wawancara pun saya lakukan tetapi mungkin belum rezeki saya berada di BEM, saya pun tidak diterima di BEM FE UG.
          Saya pun masih berusaha untuk mencari kegiatan yang bermanfaat, dan saya pun mengikuti tes Assisten Laboratorium Manajemen Menengah karena pada saat saya praktik manajemen keuangan sangat menarik dan tidak membosankan dengan Pratik labnya. Saya mengikuti beberapa tahap seleksi tetapi saya berhenti sampai tes tertulis saja. Peminat lab ini pun sangat banyak dan saya pun gagal lagi.
          Tidak sampai disitu, saya pun masih berusaha. Sejak semester 2 saya sangat ingin bekerja di counter pendaftaran PPMB UG tapi baru ada kesempatan saat saya semester 5. Saat itu saya dapat info dari teman bahwa sedang ada open rekruitmen ppmb, saya pun sangat niat untuk mencobanya. Pada saat saya menyerahkan berkas ternyata itu bukan bagian counter pendaftaran ppmb ternyata adalah Tim Sekretariat Pameran & Kunjungan UG. Walaupun awalnya salah mengira, tapi saya teruskan saja, siapa tahu itu rezeki saya.
          Di Tim Sekretariat Pameran & Kunjungan UG saya melewati beberapa tahap seleksi, dari tes tertulis, presentasi, wawancara dengan anggota dan wawancara dengan dosen. Akhirnya semua seleksi telah saya lewati dan saat pengumuman saya pun diterima sebagai anggota Tim Sekretariat Pameran & Kunjungan UG divisi Admistrasi.
          Saya sangat senang dapat bekerja di Tim Sekretariat Pameran & Kunjungan UG yang dibawahi langsung oleh Wakil Rektor IV Universitas Gunadarma. Banyak pengalaman yang saya dapatkan, dan mungkin tidak didapat oleh mahasiswa lain. Pengalaman yang saya dapatkan adalah mengenal dosen-dosen yang sebelumnya saya belum kenal, membuat surat-surat penting, kunjungan ke SMA yang ada di jabodetabek, rapat bersama dosen dan mengikuti pameran pendidikan. Saya sangat senang kalau bisa berangkat ke pameran pendidikan, selain memperkenalkan Universitas Gunadarma, saya pun dapat berinteraksi dengan banyak orang dari anak SMA sampai Orang Tua yang menemani anaknya dating ke pameran.
          Saya merasa bangga jika saya masuk ke dalam lingkungan tempat dimana saya menuntut ilmu. Jadi tidak hanya menuntut ilmu, saya pun bisa menguntungkan bagi kampus dengan cara bekerja disana. Pengalaman selama kuliah pasti akan bermanfaat saat saya sudah bekerja nanti.
          Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama, tetapi kembali kepada diri kita sendiri. Apakah ingin atau tidak melakukanya. Dan saya percaya dengan peribahasa “bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian” dibalik saya tidak diterima dari berbagai seleksi pada akhirnya saya pun diterima untuk bekerja di Tim Sekretariat Pameran & Kunjungan UG.

          Demikian pengalaman yang sudah saya dapatkan, semoga menjadi semangat bagi teman-teman yang membaca ini, tetap berusaha dan kurangi rasa pesimismu. Jika hati sudah merasa siap, semua akan berjalan dengan sendirinya.

Selasa, 21 April 2015

adjective and adverb

Definitions

An adjective is a word or set of words that modifies (i.e., describes) a noun or pronoun. Adjectives may come before the word they modify.
Examples:
That is a cute puppy.
She likes a high school senior.
Adjectives may also follow the word they modify:
Examples:
That puppy looks cute.
The technology is state-of-the-art.
An adverb is a word or set of words that modifies verbs, adjectives, or other adverbs.
Examples:
He speaks slowly (modifies the verb speaks)
He is especially clever (modifies the adjective clever)
He speaks all too slowly (modifies the adverb slowly)
An adverb answers how, when, where, or to what extent—how often or how much (e.g., daily, completely).
Examples:
He speaks slowly (answers the question how)
He speaks very slowly (answers the question how slowly)
Rule 1. Many adverbs end in -ly, but many do not. Generally, if a word can have -ly added to its adjective form, place it there to form an adverb.
Examples:
She thinks quick/quickly.
How does she think? Quickly.

She is a quick/quickly thinker.
Quick is an adjective describing thinker, so no -ly is attached.

She thinks fast/fastly.
Fast answers the question how, so it is an adverb. But fast never has -ly attached to it.

We performed bad/badly.
Badly describes how we performed, so -ly is added.
Rule 2. Adverbs that answer the question how sometimes cause grammatical problems. It can be a challenge to determine if -ly should be attached. Avoid the trap of -ly with linking verbs, such as taste, smell, look, feel, etc., that pertain to the senses. Adverbs are often misplaced in such sentences, which require adjectives instead.
Examples:
Roses smell sweet/sweetly.
Do the roses actively smell with noses? No; in this case, smell is a linking verb—which requires an adjective to modify roses—so no -ly.

The woman looked angry/angrily to us.
Did the woman look with her eyes, or are we describing her appearance? We are describing her appearance (she appeared angry), so no -ly.

The woman looked angry/angrily at the paint splotches.
Here the woman actively looked (used her eyes), so the -ly is added.

She feels bad/badly about the news.
She is not feeling with fingers, so no -ly.
Rule 3. The word good is an adjective, whose adverb equivalent is well.
Examples:
You did a good job.
Good describes the job.

You did the job well.
Well answers how.

You smell good today.
Good describes your fragrance, not how you smell with your nose, so using the adjective is correct.

You smell well for someone with a cold.
You are actively smelling with your nose here, so use the adverb.
Rule 4. The word well can be an adjective, too. When referring to health, we often use well rather than good.
Examples:
You do not look well today.
I don't feel well, either.
Rule 5. Adjectives come in three forms, also called degrees. An adjective in its normal or usual form is called a positive degree adjective. There are also the comparative and superlative degrees, which are used for comparison, as in the following examples:
Positive Comparative Superlative
sweet sweeter sweetest
bad worse worst
efficient more efficient most efficient
A common error in using adjectives and adverbs arises from using the wrong form of comparison. To compare two things, always use a comparative adjective:
Example: She is the cleverer of the two women (never cleverest)
The word cleverest is what is called the superlative form of clever. Use it only when comparing three or more things:
Example: She is the cleverest of them all.
Incorrect: Chocolate or vanilla: which do you like best?
Correct: Chocolate or vanilla: which do you like better?
Rule 6. There are also three degrees of adverbs. In formal usage, do not drop the -ly from an adverb when using the comparative form.
Incorrect: She spoke quicker than he did.
Correct: She spoke more quickly than he did.
Incorrect: Talk quieter.
Correct: Talk more quietly.
Rule 7. When this, that, these, and those are followed by a noun, they are adjectives. When they appear without a noun following them, they are pronouns.
Examples:
This house is for sale.
This is an adjective.

This is for sale.
This is a pronoun

Refrensi :
http://www.grammarbook.com/grammar/adjAdv.asp 

Rabu, 15 April 2015

Tugas Softskill Bulan Ke-2 Bahasa Inggris Bisnis 2

Exercise 26 page 107
  1. Well
  2. Intense
  3. Brightly
  4. Fluent
  5. Fluently
  6. Smooth
  7. Accurately
  8. Bitter
  9. Soon
  10. Fast
Exercise 27 page 109
  1. Terrible
  2. Well
  3. Good
  4. Calmly
  5. Sick
  6. Quickly
  7. Diligently
  8. Vehemenly
  9. Relaxed
  10. Noisy

Exercise 28 page 114
  1. As soon
  2. More Important
  3. As well as
  4. More Expansive
  5. As hot as
  6. More Talented
  7. More Colorfull
  8. Happier
  9. Worse
  10. Faster
 Exercise 29 page 114
  1. Than
  2. Than
  3. Form
  4. Than
  5. As
  6. Than
  7. As
  8. Than
  9. Than
  10. Form

Exercise 30 page 117
  1. Better
  2. Happiest
  3. Faster
  4. Creamiest
  5. More Colorfull
  6. Better
  7. Good
  8. More Awkward
  9. Least
  10. Prettier
  11. The Best
  12. From
  13. Less Impressive
  14. The sticker
  15. When
  16. Twice More Than
  17. Few
  18. Much
  19. farthest
  20. More Famous
Exercise 31 page 118
  1. Twelve Stories
  2. Language
  3. There Act
  4. Two Days
  5. 79 Pieces
  6. Five Shelves
  7. 16 Ounces
  8. Six Quarts
  9. Bricks
  10. Ten Speeds

Exercise  32 page 120
  1. Enough People
  2. French Enough
  3. Enough Time
  4. Fast Enough
  5. Soon Enough
  6. Early Enough
  7. Hard Enough
  8. Enough Slowly
  9. Enough Flour
  10. Enough Books

Senin, 16 Maret 2015

Conditional Sentences

Conditional Sentences Type 0
          Conditional type zero is used to talk about general truths, scientific facts or things which always happen under certain conditions.


Form :  If  + Simple Present + Simple Present

Use   :
The zero conditional is used to talk about things which are always true, scientific facts, general thruths.

Examples :
Ø  If I wake up early, I go jogging.

Conditional Sentences Type 1
          Often called the “real” conditional because it is used for real or possible situations. These situations take place if a certain condition is met. It is possible and alse very likely that the condition will be fulfilled.

          Form  : If + simple present + simple future
                   
          Examples     :
Ø  If I have enough time, I’ll watch the football match.
Ø  I may have time to watch the match but I’m not sure about it.

Conditional Sentences Type 2
          Often called the “unreal” conditional because it is used for unreal or impossible situations. This conditionalprovides an imaginary result for a given situation. It is very unlikely that the condition will be fulfilled.


          Form If + Simple past + Would + Base verb
                            
          Were / Was
In conditional type 2, we usually use in the if clause “were” instead of “was” even if the pronoun is I, He, She, or It. “were” here is a subjunctive form.
          NOTE “was” is also a possible form.

          Examples     :
Ø  If I were a millionaire, I would buy a castle.
Ø  If I had a lot of money, I would travel around the world.

Conditional Sentences Type 3
          It is impossible that the condition will be met because it refers to the past.


 
          Form If + Past perfect + Would + Have + Past participle

          Example       :
Ø  Sometimes in the past, he was careless. He drove so fast. So he had a terrible accident.
Ø  If he had been careful, he would not have had that terrible accident.

Refrensi      :

Tugas 1 Softskill Bulan Pertama Bahasa Inggris Bisnis 2

Tugas 1 Bahasa Inggris Bisnis 2

A. Exercise 21 page 97
  1. Were Understood
  2. Wouldn't Have Been
  3. Can Give
  4. Would Have Told
  5. Would Have been
  6. Had
  7. Could Stop
  8. Needed
  9. Would Have Been
  10. Enjoyed
  11. Painted
  12. Were
  13. Will Write
  14. Had Permitted
  15. Had Spent
  16. Will Accept
  17. Buy
  18. Had Decided
  19. Had Written
  20. Will Leak
  21. Could Study
  22. Will Hear
  23. Saw
  24. Got
  25. Turn
  26. Would be
  27. Called
  28. Talk
  29. Explained
  30. Spoke

B. Exercise 22 page 101
  1. Eating
  2. Eat
  3. Swim
  4. Like
  5. Speaking
  6. Studying
  7. Dance
  8. Sleeping
  9. Eating
  10. Eating

C. Exercise 23 page 105
  1. Stay
  2. Have Stayed
  3. Work
  4. Study
  5. Not Study
  6. Have
  7. Have Stood
  8. Not Cook
  9. Had Not Arrived
  10. Have Slept

D. Exercise 24 page 105
  1. Should Have
  2. Must Have Been
  3. Must Have Damaged
  4. Must Not Have Parked
  5. Must Have Studied
  6. Should Have Studied
  7. Must Have Been
  8. Should Have Deposited
  9. Must Have Forgotten
  10. Must Not Have Studied


E. Exercise 25 page 105
  1. I Would
  2. Would Have Gone
  3. May Have Had
  4. Must Have Done
  5. Must Have Forgotten
  6. May Have Slept
  7. Might Have Had
  8. Could Have Lost
  9. Shouldn't Have Driven
  10. May Have Run


Kamis, 18 Desember 2014

KARANGAN

Definisi Karangan
          Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Macam – macam Karangan
1.    Narasi
Karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun  menurut  urutan  waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah
perjalanan, biografi, otobiografi.
          Ciri – Ciri :
Ø  Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa
Ø  Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
Ø  Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
Ø  Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci
Contoh :
Minggu, 23 April, Pukul 08.00 pagi, peserta perjalanan ”Susur Sungai Cikapundung” sudah mulai berkumpul di sekretariat KMPA di Sunken Court W–03. Satu jam kemudian, rombongan berangkat menuju Curug Dago, dengan sedikit naik ke arah hulu di mana perjalanan itu dimulai. Tanpa ragu, peserta mulai menyusuri Cikapundung meskipun ketinggian air hampir mencapai sebatas pinggang. Ketinggian air pun meningkat sekitar 50 cm setelah hujan deras mengguyur Bandung hampir sehari penuh kemarin, Sabtu 22 April 2006. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Bumi.

2.   Deskripsi
Karangan Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri.
          Ciri – ciri :
Ø  Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
Ø  Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar  seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang  dideskripsikan
Ø   Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa  tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan
Ø  Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis
Contoh
Lapangan sekolah kami berada tepat di tengah-tengah gedung sekolah. Di setiap sisi lapangan terdapat taman-taman kecil dengan aneka bunga dan tumbuhan lainnya. Lapangan tersebut berukuran setengah 100 x120 meter. Lumayan luas, bukan? Selain untuk upacara penaikan bendera, kadang kami menggunakan lapangan tersebut untuk bermain basket atau sepak bola. Di sebelah utara, tepatnya di dekat kelas kami, terdapat tiang bendera. Adapun di sebelah timur dan barat terdapat ring basket. Di bagian-bagian tertentu ada lubang yang berguna sebagai pancang tiang untuk net voli atau net sepak takraw.

3.   Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan,memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
          Ciri-ciri :
Ø  Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
Ø  Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi
Ø  Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
Ø  Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada
Ø  Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu

4.   Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembacaterhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata.
          Ciri – Ciri :
Ø  Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga    kebenaran itu diakui oleh pembaca
Ø  Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar
Ø  Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan
Ø  Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan subjektivitas
Ø  Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan macam pola pembuktian
Contoh
Dengan perubahan pola pada program ospek, yakni dengan meninggalkan pola perpeloncoan, tentunya masyarakat lebih banyak yang setuju. Lain halnya terhadap ospek yang disertai hukuman-hukuman dengan alasan menguji mental, menempa kekuatan isik, sumpah serapah, atau mengenakan atribut  lucu-lucuan, mungkin akan lebih banyak yang menolaknya. Bagi para orangtua, misalnya –di samping bangga dan bahagia– sudah cukup berat dan repot tatkala anaknya diterima di perguruan tinggi. Mereka bukan saja harus menyediakan dana cukup besar untuk bayar uang kuliah, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan lain seperti uang kos dan biaya sehari-hari bagi mereka yang berasal dari luar kota. Jika dibebani lagi harus beli ini itu untuk kegiatan ospek, rasanya beban tersebut semakin menumpuk. Lebih kecewa dan sakit lagi jika anaknya tiba-tiba harus pulang karena jadi korban kelalaian mahasiswa seniornya.
5.   Persuasi
Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh yang konkrit.
          Ciri – ciri :
Ø  Terdapat himbauan atau ajakan
Ø  Berusaha mempengaruhi pembaca 
Contoh
Jika senang bepergian, Anda tentunya memiliki banyak persiapan dalam menghadapi liburan ini. Persiapan yang terpenting adalah kesehatan fisik. Anda tidak mungkin dapat berlibur jika terserang penyakit. Oleh karena itulah, kami ciptakan sebuah produk multivitamin terbaik. Selain vitamin A, B Kompleks, dan vitamin C, multivitamin ini pun diperkaya oleh vitamin D yang dapat menguatkan tulang, serta vitamin E agar kulit Anda senantiasa sehat. Dengan tubuh yang sehat dan bugar, berbagai aktivitas dapat Anda lakukan dengan bersemangat. Jika Anda ingin senantiasa sehat dan mendapatkan khasiat dari Xavier-C, segera kunjungi apotek terdekat di kota Anda. Dijamin, Anda tidak akan pernah merasa kecewa.


Perbedaan Karangan Ilmiah dan Non – Ilmah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1.     Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
2.    Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3.    Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.

Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian. Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya non-formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.

Kriteria Metode Ilmiah
ü  Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan ataupun  penjelasan-penjelasan  yang ingin diperoleh dalam hal  penelitian, baik yang akan dikumpulkan  lalu kemudian    dianalisa haruslah berdasarkan   fakta-fakta serta  data  yang  nyata. Janganlah penemuan dan pembuktian itu didasar-kan pada daya khayal dan   kira-kira ataupun  legenda-legenda maupun  kegiatan  yang sejenis itu.

ü  Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus memiliki  sifat bebas dari  prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan yang subjektif. Mennggunakan  suatu fakta harus dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang objektif.

ü  Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberikan  arti terhadap fenomena yang  sangat kompleks, haruslah  menggunakan  prinsip analisa. Seluruh  masalah harus dicari sebab-musababnya  serta cara pemecahannya dengan memakai  analisa yang masuk akal , Fakta yang mendukung jangan  dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibikin  deskripsinya saja. Akan Tetapi seluruh kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

ü  Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti itu  harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk memecahkan suatu  persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang  hendak  dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran secara  tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran  sang peneliti.

ü  Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang memang  objektif. Ukuran tidak boleh didapat hanya berdasarkan  merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibikin secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang sadar.

ü  Menggunakan Teknik Kuantifikas
Dalam memperlakukan data ukuran yang besifat  kuantitatif yang biasa  harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus senantiasa  digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan memakai ukuran nominal, ranking dan rating.
         
Sikap Ilmiah
·         Sikap ingin tahu
Diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain?

·         Sikap kritis
Direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.

·         Sikap terbuka
Dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain.

·         Sikap objektif
Diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan pribadi.

·         Sikap rela menghargai karya orang lain
Diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya.

·         Sikap berani mempertahankan kebenaran
Diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.

·         Sikap menjangkau ke depan
Dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.

Langkah – Langkah Penulisan Ilmiah

1. Bagian Awal
Bagian awal ini dimulai dari halaman judul sampai dengan abstrakpenelitian. Komponen-komponen bagian ini  secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)    Halaman Sampul dan Halaman Judul
b)   Halaman sampul memuat
1) judul
2) lambang atau logo sekolah
3) nama dan nomor siswa
4) nama sekolah.

b) Halaman Persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan.

c) Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal, bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang kepala sekolah serta cap stempel.

d) Kata Pengantar
Kata pengantar memuat informasi umum atau uraian singkattentang maksud penulisan karya ilmiah, harapan penulis terhadap penelitian (yang kemudian hasilnya ditulis dalam bentuk karya ilmiah), dan penyampaian rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam karya ilmiah.

e) Daftar Isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab. Penulisan daftar isi harus mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-komponen itu.

f) Daftar Tabel dan Halaman Gambar (jika ada)
Daftar tabel dan halaman gambar berisi nomor urut halaman tempat tabel, dan gambar tersebut disajikan. Tiap-tiap jenis dikelompokkan dan diberi nomor urut tersendiri.

g) Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama siswa, ditulis dari belakang apabila terdiri dari dua bagian nama, 2) tahun pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota, 6) nama sekolah, 7) kata ABSTRAK Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian, mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Paragraf ketiga berisi hasil penelitian dan pembahasan.

2. Bagian Tengah
Bagian tengah ini terdiri dari isi karya ilmiah dan daftar pustaka.
a. Bab I Pendahuluan

1) Latar Belakang Masalah
Berisi uraian tentang hal-hal yang melatarbelakangi timbulnya masalah.

2) Identifikasi Masalah
Berisi berbagai masalah yang dapat dikenali atau muncul yang berkaitan dengan judul karya ilmiah.

3) Pembatasan Masalah
Berisi masalah yang akan dibahas. Tidak semua masalah yang ada akan dibahas. Tujuannya agar lebih terfokus.


4) Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang telah ada pada pembatasan masalah dirumuskan dengan kalimat tanya.

5) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini menjelaskan secara spesifik tujuan atau hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini.

6) Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini berkaitan dengan penerapan hasil penelitian, baik bagi penulis atau pun masyarakat di sekitar.

b. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini membahas tiga hal penting yaitu:

1) Kerangka Teoretis
Dalam subbab ini diuraikan berbagai teori yang mendukung permasalahan yang diajukan. Uraian dapat mengambil dari bukubuku dengan berpedoman pada format karya ilmiah.

2) Kerangka Pemikiran
Dari berbagai teori yang dikemukakan dalam kerangka teoretik kemudian ditentukan suatu kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian.

3) Hipotesis (jika ada)
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap hasil penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.



c. Bab III Metode Penelitian

1) Subjek dan Objek
Subjek adalah semua benda, individu, atau hal yang akan diteliti.Objek merupakan bagian dari subjek yang memiliki ciri yang dimilikioleh subjek.

2) Metode Pengumpulan Data
Berisi cara yang digunakan untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian.

3) Alat Penelitian
Alat penelitian berupa alat-alat yang digunakan untuk memperoleh data. Alat data ini dapat berupa kartu data, angket, kuesioner, danlain-lain.

4) Metode Analisis Data
Penggunaan metode analisis data ini tergantung pada metode yang akan digunakan untuk membahas hasil penelitian.

d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

1) Hasil Penelitian
Berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh peneliti disertai data-datapendukung.

2) Pembahasan
Terhadap penelitian yang telah disajikan pada subbab di atas kemudian diadakan pembahasan. Mengapa hasilnya seperti itu? Apa kaitan hasil dengan permasalahan yang ada? Jadi, pada pembahasan ini dikemukakan pemikiran-pemikiran kreatif tentang hasil penelitianitu.


e. Bab V Kesimpulan dan Saran

1) Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan sejalan dengan perumusan masalah. Kesimpulan diuraikan secara ringkas, jelas, padat, dan sistematis serta dalam bahasa yang komunikatif tentang penemuan-penemuan yang diperoleh dalam penelitian.

2) Saran
Saran dirumuskan secara lugas, operasional, dan relevan dengan temuan-temuan penelitian.

f. Daftar Pustaka
Bagian ini berisi daftar semua pustaka yang dijadikan acuan atau pegangan, serta landasan penelitian. Daftar pustaka disusun atas dasar alfabetis nama pengarang tanpa nomor urut. (1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.

3. Bagian Akhir
Bagian akhir ini memuat semua lampiran yang berupa dokumen atau bahan yang digunakan untuk menunjang penyusunan karya ilmiah. Lampiran dipilih bahan sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang relevan saja yang dilampirkan. Sebelum seseorang memulai menulis karya ilmiah, terlebih dahulu harus membuat kerangka karya tulis ilmiah ini. Berikut ini contoh kerangka karya tulis ilmiah.



Refrensi