Di Indonesia, sinetron adalah
tontonan yang sudah biasa. Namun sinetron yang disajikan kebanyakan kurang
bermutu karena jalan cerita yang tidak mendidik. Tetapi terdapat 1 sinetron
yang wajib ditonton karena sangat mendidik dan dapat menumbuhkan rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa ini. Sinetron Aku Anak Indonesia yang di
produksi oleh sinemart dapat dinikmati semua kalangan dari anak-anak hingga
orang dewasa, terlebih lagi bagi anak-anak yang kurang pengetahuan tentang budi
pekerti dan sejarah yang ada di Indonesia. Berikut penggalan synopsis pada
sinetron ini.
Hari
itu gadis manis bernama ANI itu baru akan menjalani hari pertamanya bersekolah
di Indonesia lagi setelah 5 tahun ia tinggal di Jerman bersama Orangtuanya. Di
dalam mobil tersebut Ani protes karena ia sebenarnya ingin ke sekolah dengan
mengendarai sepeda, namun ayah tidak memperbolehkan.
Sang
Sopir menyetujui sikap ayah Ani, karena di Indonesia ini banyak bergajulan,
diluar sana itu kurang aman untuk anak gadis secantik mbak Ani. Namun Ani
menjawab…..”Dulu saat saya SD, saya diajarkan bahwa Indonesia itu terkenal
karena keramahtamahannya. Saya masih percaya diluar sana keramahtamahan masih
banyak bisa ditemukan pak.”
Sejurus
kemudian dari setelah Ani mengucapkan itu, mobil mereka melewati tubuh seorang
pemuda yang terbaring di jalanan sepi bersimbah darah. Ani panik dan menyuruh
mobil berhenti, namun sang Sopir malah tancap gas!! Saat disuruh berhenti,
sopir mengatakan bahwa pemuda itu pasti rampok, pura pura luka, namun saat kita
berhenti, kita akan dirampok!
Ani
tidak peduli, ia mengancam sopirnya menghentikan mobil atau ia akan turun dalam
keadaan kecepatan tinggi. Diancam demikian oleh anak majikan, sopir terpaksa
menghentikan mobil. Ani turun dan dengan susah payah membawa pemuda tersebut
masuk ke dalam mobil.
Mengetahui
bahwa pemuda tersebut terluka serius, Ani membentak sang sopir “Coba tadi bapak
jalan terus, pemuda ini bisa mati!” namun sang sopir menjawab “Tapi terus
terang aja mbak, ini kebetulan luka beneran, kalo di tempat lain udah pasti
rampok!” Sopir tersebut melanjutkan “Indonesia terkenal karena keramahannya.
Ramah apanya, orang bisa ditusuk di pinggir jalan begitu.”
Di
Rumah Sakit, pemuda yang terluka itu siuman dari pingsannya dan melihat Ani
yang sedang menungguinya. Ia memperkenalkan dirinya sebagai ARIF, yang ternyata
bersekolah di SMA tempat Ani baru saja akan masuk. Ani bertanya apa yang
terjadi di jalanan tadi, dan Arif bercerita bahwa ia berusaha menghentikan
sebuah tawuran pelajar dimana teman-teman satu SMA-nya terlibat.
Ani
merenung mendengar itu…..
Keesokan
harinya, saat Ani masuk sekolah, ia melaporkan hal tersebut kepada seorang
guru, bahwa nama nama murid sekolah itu terlibat dalam sebuah tawuran yang
mengakibatkan tertusuknya seorang murid bernama Arif. Namun guru yang bernama
Pak Sam tersebut mengatakan bahwa tawuran terjadi tiap saat dan ngga ada lagi
yang bisa dilakukan oleh guru-guru selain khotbah kosong yang tidak akan
didengarkan. Lebih baik Ani bersiap saja untuk mengikuti Upacara.
Namun
Ani tidak menerima jawaban semacam itu. Segera setelah upacara selesai, Ani
naik ke podium dan mengambil microphone dan mengatakan pada semua orang bahwa
telah terjadi tawuran yang mengakibatkan ketua OSIS sekolah ditusuk, “Tadi saya
sudah cerita pada Pak Sam sebagai wali kelas saya, namun dia menjawab agar saya
tidak usah ikut campur, saya tidak bisa tidak ikut campur pak! Bila guru dan
sekolah tinggal diam dan hanya mengurusi masalah administrasi dan menagih SPP
saja setiap bulan, lalu siapa lagi yang akan bertindak bila bukan kami sebagai
murid?”
Sebuah
tindakan kontroversial dan lantang yang tidak pernah terdengar sebelumnya di
SMA manapun di Negara kita baru saja terjadi…….
Beberapa guru
bereaksi dan hendak menarik Ani turun, namun PAK ALI (Kepala Sekolah)
menghentikan mereka dan membiarkan Ani selesai bicara.
Ani melanjutkan
dengan membacakan nama anak-anak yang terlibat, yaitu RIDHO, KEENAN, MUSLIM,
IBRA dan lain-lain. Ani meminta agar mereka semua segera dihukum untuk
menghentikan tawuran tawuran berikutnya. Seketika riuh suara-suara meledek dan
menyuruh Ani turun dari podium dari antara anak anak SMA sendiri. Akhirnya para
guru terpaksa membawa Ani turun.
Kejadian itu tidak
lepas dari mata seorang anak cowok berkacamata bernama ITO. Ia mendatangi Ani
yang sedang berada di perpustakaan dan bertepuk tangan atas tindakan Ani yang
berani, apalagi karena Ani hanyalah anak yang baru saja masuk ke sekolah ini.
Ito memperingatkan bahwa Ani harus siap-siap menghadapi masalah besar, karena
murid-murid yang namanya disebutkan Ani tadi adalah anak-anak yang tidak akan
tinggal diam melihat tindakan kamu.
Benar saja,
sepulang sekolah, seorang perempuan bernama WATI dan teman teman perempuan
lainnya mendatangi Ani dan mengancamnya. Wati mengatakan bahwa tawuran itu
terjadi karena dia, karena dia digoda oleh anak SMA lain dan Wati sendiri yang
meminta Ridho yang adalah pacarnya untuk membuktikan cintanya dan mengadakan
tawuran dengan anak anak SMA lain itu.
Ani geram dan
memaki Wati yang ia anggap tidak tahu malu, bagaimana mungkin Wati bisa bangga
menjadi penyebab sebuah pertumpahan darah?! Wati tertawa dan mengatakan bahwa
ini masalah eksis atau ngga eksis, hal yang ngga mungkin Ani bisa ngerti. Yang
pasti, kalo Ani buka mulut lagi masalah ini, Wati tidak akan segan-segan
memotong lidah Ani.
Saat itu Ito muncul
dan melerai mereka. Selepas kepergian Wati, Ito meminta Ani untuk tenang, namun
yang terjadi malah lebih parah, Ani memutuskan untuk melaporkan semua hal ini
kepada polisi!! Ito kontan panik dan berusaha menahan Ani!! Namun gadis
berkepala batu ini tidak dapat dihentikan sama sekali.
Sesampainya mereka
di kantor polisi, Ani melaporkan dengan lantang peristiwa penusukan dan tawuran
yang terjadi. Polisi tersebut mencatat semua laporan Ani dan memasukannya ke
dalam laci. Ani bingung dan bertanya, “Lalu apa yang akan bapak lakukan?”
Polisi malah lebih bingung dan bilang “Sudah saya catat, akan saya laporkan.”
Tidak dapat menerima jawaban itu, Ani meminta polisi tersebut bertindak
sekarang dan menangkap para pelaku, yang kemudian dijawab oleh sang polisi
dengan diplomatis, “Dek, kalo semua pelaku tawuran kami tangkap, penjara akan
penuh, dan 40% sekolah di Indonesia akan kosong esok harinya”
Ani bengong dan
tidak percaya akan apa yang baru saja didengarnya, beruntung Ito segera menarik
Ani keluar dari dalam kantor polisi tersebut.
Sekeluar
mereka dari kantor polisi, Ani tampak lemas dan tidak dapat mencerna semua yang
baru saja terjadi hari ini. Ito berusaha menenangkannya dan mengatakan “Ini
negeri kamu, negeriku, negeri kita. Jangan kamu kecewa, kita akan membuat
perubahan.”
Bagaimanakah
kelanjutan kisah perjuangan Ani, Arif, Ito dan teman-teman lainnya, sebagai
pemuda generasi penerus bangsa, dalam mewujudkan cita-cita dan impian mereka
untuk negeri Indonesia yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar